Sifat Tercela Membuat Kerusakan Di Bumi
Salah satu di antara sasaran yang dituju oleh Islam ialah membangun
masyarakat yang baik dam memberantas kerusakan di bumi. Oleh karena itu,
Islam menganggap perbuatan merusak dalah perbuatan dosa besar. Bagi pelakunya akan mendapat siksaan dari Allah di dunia maupun di akhirat, dan tidak akan mendapat rahmat dari Allah.
Al-Qur’an telah menceritakan kepada kita perihal kaum yang telah
mendapat azab dari Allah lantaran gemar mengadakan kerusakan di muka
bumi.
Allah berfirman :
“Lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu, karena itu
Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab (azab yang pedih).” (QS. 89
: 12 – 13).
Banyak sekali malapetaka yang menimpa manusia yang disebabkan
merajalelanya kerusakan di antara mereka. Demikianlah apa yang telah
diceritakan
Al-Qur’an berikut ini.
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan merek, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. 30 :
41).
Kerusakan yang melanda umat manusia baik di darat maupun di laut adalah karena ulah tangan-tangan
manusia itu sendiri. Mereka gemar melakukan kejahatan-kejahatan dan
perbuatan-perbuatan yang berdosa. Oleh karena itu, Allah menurunkan
siksaan terhadap mereka di dunia melalui tangan-tangan mereka sendiri. Hukuman tersebut dimaksudkan agar mereka bisa menyadarinya dan kembali ke jalan yang benar.
Al-Qur’an menuturkan perihal hukuman yang menimpa negeri Madyan.
Kerusakan telah melanda masyarakat, lalu Allah mengutus nabi Syu’aib
kepada mereka untuk memberi petunjuk. Tetapi mereka tidak mau
mempercayai perkataannya. Oleh karena itu, segera Allah mengirimkan
siksaan-Nya kepada mereka. Rumah-rumah tempat tinggal mereka hancur, dan mereka semua mati,
Allah berfirman menceritakan perihal mereka :
“Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan, saudara mereka
Syu’aib, maka ia berkata : “Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah,
harapkanlah (pahala) hari akhir, dan janganlah kamu berkeliaran di muka
bumi berbuat kerusakan”.
Maka mereka mendustakan Syu’aib, lalu mereka ditimpa gempa yang dahsyat,
dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka”. (QS. 36 : 37).
Dan jenis kerusakan yang paling fatal akibatnya, ialah apa yang
dilakukan oleh para pemimpin dan para penguasa yang menjadikan
kedudukannya sebagai sarana untuk mencapai tujuan memenuhi kebutuhan
hidupnya dan mengumbar nafsunya. Al-Qur’an telah membuka kedok mereka,
dan menjelaskan bagaimana cara mereka bisa meraih kedudukan dan kekuasaan.
Allah telah berfirman :
“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia
menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi
hatinya, padahal ia adalah penentang yang paling keras.
Dan apabila ia berpaling (dari mukamu) ia berjalan di muka bumi untuk
mengadakan kerusakan kepadanya, dan merusak tanaman-tanaman dan binatang
ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan”. (QS. 2 : 204).
Al-Qur’an telah menjelaskan, bahwa ada sebagian orang yang memangku kedudukan
dan pangkat dengan menampakkan keikhlasannya kepada masyarakat sebagai
sarana untuk meraih tujuannya. Perkataannya semanis madu, program
yang diajukannya cukup matang, dan berpartisipasi membela keutamaan dan
kebenaran sehingga masyarakat terbujuk olehnya. Lebih-lebih, sumpah
yang mereka ucapkan seolah-olah cukup meyakinkan kebenarannya. Tetapi
pada kenyataannya, ia adalah orang yang paling memusuhi masyarakat. Ia
berbuat karena ada tujuan-tujuan tertentu, dan hatinya penuh dengan tipu muslihat secara munafik.
Apabila orang-orang yang berpribadi demikian menduduki kekuasaan, maka
sepak terjangnya hanya akan menimbulkan kerusakan. Mereka ini akan
menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan tertentu, walau akan
menimbulkan merajalelanya kerusakan. Rakyat akan berperang, saling
bunuh-membunuh demi membela ambisi pemimpin-pemimpin yang berpribadi
demikian. Ribuan jiwa melayang; ladang banyak yang rusak dan sarana-sarana umum hancur berantakan akibat peperangan tersebut.
Kemudian Al-Qur’an melanjutkan ceritanya :
“Dan apabila dikatakan kepadanya : ‘Bertakwalah kepada Allah’,
bangkitlahkesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah
(balasannya) neraka jahannam. Dan sungguh neraka jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya”. (QS. 2 : 206).
Apabila pemimpin berpribadi demikian diperintah untuk berbuat kebaikan
atau dicegah jangan sampai berbuat munkar, ia akan marah dan
bangkitlahkesombongannya. Bahkan semakin berani mengadakan kerusakan.
Allah tidak lagi ditakutinya, ia menganggap dirinya paling benar tak
boleh seorang pun menentangnya. Padahal, tempat kembalinya sudah disediakan oleh Allah ialah neraka Jahannam dan tempat yang paling buruk.
Islam melarang pemeluknya menimbulkan kerusakan, dan mengingatkan mereka bahwa berbuat kebaikan itu, pahalanya amat besar dan kelak akan berada di dekat di sisi Allah.
Allah telah berfirman :
“Dan janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah
kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang
yang berbuat baik”. (QS 7 : 56).
Allah juga menjelaskan bahwa apabila orang-orang tak pernah berbuat
kerusakan dan selalu berbuat baik, masyarakat akan menjadi baik pula.
Orang-orang yang berkelakuhan demikian adalah yang patut memerintah di
bumi Allah ini, sesudah ia menghabisi segala bentuk kerusakan.
Allah berfirman :
“Sesungguhnya yang mewarisi bumi adalah hamba-hamba-Ku yang saleh”. (QS. 21 : 105).
Islam bersikap keras terhadap orang-orang yang kegemarannya hanya
menimbulkan kerusakan. Oleh karenanya, Islam telah menetapkan
undang-undang yang keras terhadap mereka. Pembahasan masalah ini akan
kami bicarakan pada bab berikutnya, khusus masalah kejahatan.
http://islamiwiki.blogspot.com/2012/03/sifat-tercela-membuat-kerusakan-di-bumi.html
0 komentar:
Posting Komentar